Penelitian Grounded
Theory
Oleh:
Malidha Amelia (15301241016)
Pendidikan
Matematika/FMIPA/Universitas Negeri Yogyakarta
Definisi dan Latar Belakang
Jika riset naratif berfokus
pada cerita individual yang dituturkan oleh partisipan, fenomenologi menekankan
pengalaman yang sama pada sejumlah individu. Sedangkan menurut Corbin dan
Strauss (2007) Studi Grounded Theory bertujuan
untuk bergerak ke luar dari deskripsi dan untuk memunculkan atau menemukan
teori. Partisipan dalam penelitian ini semuanya akan mengalami proses tersebut.
Menurut Strauss dan Corbin (1998), ide pentingnya adalah pengembangan teori ini
tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimunculkan atau didasarkan pada data
dari para partisipan yang telah mengalami proses tersebut. Maka dari ity, Grounded Theory merupakan suatu
penelitian yang memunculkan penjelasan umum (teori) tentang proses, aksi, atau
interaksi yang dibentuk dari sejumlah partisipan. Grounded Theoty disediakan untuk memunculkan teori lengkap dengan
diagram dan hipotesis tentang aksi, interaksi, atau proses dengan saling
menghububgkan kategori informasi berdasarkan pada data yang dikumpulkan dari
individu.
Melalui berbagai penafsiran, Grounded Theory telah memperoleh
popularitasnya pada berbagai bidang seperti pada bidang sosiologi, keperawatan,
pendidikan dan psikologi dan juga pada beberapa bidang lainnya.
Ciri Utama dari Grounded
Theory
Ada beberapa ciri utama dari Grounded Theory yang terdapat dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
·
Penelitian memfokuskan pada proses atau aksi yang
memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu. Sehingga
penelitian dengan grounded theory meneliti
gerakan atau aksi yang berusaha dijelaskan oleh peneliti. Misalnya: proses yang
“mengembangkan program pendidikan umum” atau “mendukung staf pengajar (dosen)
untuk menjadi para peneliti yang baik”.
·
Kemudian peneliti
mengembagkan teori tentang proses atau aksi tersebut. Ada banyak definisi
tentang teori yang terdapat dalam literatur, tetapi secara umum teori adalah
suatu penjelasan tentang sesuatu atau pemahaman yang dikembangkan oleh
peneliti. Kategori teoritis yang dirangkai untuk memperlihatkan bagaimana
mereka bekerja. Misalnya, teori tentang dukungan bagi staf pengajar (dosen)
dapat memperlihatkan bagaimana staf pengajar didukung sepanjang waktu oleh
sumberdaya yang spesifik, oleh aksi yang spesifik yang dilakukan oleh individu.
(Creswell dan Brown, 1992).
·
Memoing, memoing menjadi
bagian dari pengembangan teori ketika peneliti menuliskan ide berdasarkan data
yang telah dikumpulkan dan dianalisis.
·
Proses pengumpulan data sering kali dilakukan dengan
wawancara, dimana peneliti membandingkan data yang dikumpulkan dari para
partisipan dengan ide tentang teori baru.
·
Analisis data dapat distrukturkan dan mengikuti pola
pengembangan kategori terbuka, memilih satu kategori untuk menjadi fokus dari
teori tersebut dan kemudian memperinci kategori tambahan (coding aksial) untuk membentuk model teoritis.
Tipe Grounded
Theory
Terdapat dua pendekatan yang
populer dalam Grounded Theory yaitu
prosedur sistematis dari Strauss dan Corbin (1990, 1998) dan pendekatan
konstruktivis dari Charmaz (2005, 2006).
a.
Prosedur Sistematis dari Strauss dan Corbin (1990, 1998)
Dalam prosedur ini peneliti berusaha mengembangkan secara
sistematis teori yang menjelaskan proses, aksi atau interaksi dari topik.
Misalnya proses pengembangan kurikulum. Peneliti biasanya melakukan 20 sampai
30 wawancara ketika melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengumpulkan data wawancara
untuk memenuhi kategorinya. Peneliti juga mengumpulkan dan menganalisis
berbagai hasil pengamatan dan dokumen, tetapi bentuk data ini sering tidak
digunakan dalam melakukan analisis.
Para partisipan yang diwawancarai dipilih secara teoritis
(sampling teoritis) agar peneliti dapat membentuk teorinya dengan baik. Proses
pengambilan informasi dari kumpulan data tersebut dan perbandingannya dengan
kategori baru disebut metode analisis data komparatif konstan. Peneliti
mengawalinya dengan coding terbuka (open coding) yaitu mengkodekan data
untuk kategori informasi utamanya. Selanjutnya muncul coding aksial yang penelitinta mengidentifikasi satu kategori coding terbuka untuk dijadikan fokus
(fenomena inti), dan selanjutnya adalah menciptakan kategori seputar fenomena
inti tersebut.
Strauss dan Corbin (1990) merumuskan beberapa tipe
kategori yang diidentifikasi seputar fenomena inti yaitu sebagai berikut:
·
Kondisi kausal, yaitu faktor apa saja yang menyebabkan
fenomena inti tersebut.
·
Strategi, yaitu tindakan yang dilakukan dalam merespon
fenomena inti.
·
Kondisi kontekstual
·
Kondisi pengganggu, yaitu faktor situasional yang luas
maupun spesifik yang mempengaruhi strategi.
·
Konsekuensi, yaitu hasil dari penggunaan stategi.
Kategori
ini berkaitan dengan fenomena inti dalam model visual yang disebut paradigma coding aksial. Selanjutnya tahap
terakhir adalah coding selektif,
dimana penelitinya mengambil model dan mengembangkan proposisi (hipotesis) yang
menghubungkan kategori yang terdapat dalam model tersebut dan kemudian menyusun
cerita yang mendeskripsikan hubungan dari kategori tersebut.
b.
Pendekatan Konstruktivis dari Charmaz (2005, 2006)
Charmaz mendukung prespektif konstruktifis sosial yang
mencakup penekanan pada beragam dunia lokal, beragam realitas dan kompleksitas
dari dunia, pandangan dan aksi tertentu. Grounded
Theory konstruktivis menurut Charmaz (2006) terletak pada pendekatan
interpretatif dalam penelitian kualitatif dengan pedoman yang fleksibel, fokus
pada teori yang dikembangakan yang bergantung pada pandangan peneliti, yang
mempelajari tanteng pengalaman dalam jaringan, situasi, hubungan yang tertanam
dan tersembunyi, dan memperlihatkan hierarki kekuasaan, komunikasi dan
kesempatan. Charmaz menganjurkan penggunaan kode aktif, misalnya
frasa berbaris-gerund seperti recasting life. Prosedur grounded theory tidak mengecilkan peran
dari peneliti dalam proses tersebut. Peneliti membuat keputusan tantang
kategori di sepanjang proses tersebut, mengajukan pernyataan tentang data, dan
menjelaskan nilai, pengalaman dan prioritas pribadi.
Prosedur Pelaksanaan Riset Grounded Theory
Peneliti peru untuk memulai
penelitian dengan menentukan apakah Grounded
Theory merupakan teori yang paling cocok untuk masalah penelitian yang
diangkat. Dimana Grounded Theory
merupakan teori yang baik digunakan ketika tidak didapatkan teori untuk menjelaskan
dan memahami proses.
Pada praktiknya, teori mungkin
dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat mengalami fenomena, dan Grounded Theory yang dikembangkan oleh
peneliti akan menyediakan kerangka umum semacam itu.
Pertanyaan penelitian yang
diajukan oleh peneliti kepada para partisipan akan diarahkan untuk memahami
bagaimana individu mengalami proses tersebut dan mengidentifikasi tahap dalam
proses tersebut. Selanjutnya peneliti kemudian beralih pada para partisipan dan
mengajukan pertanyaan yang lebih detail yang akan membantu pada tahap coding aksial. Pertanyaan tersebut yang
biasa ditanyakan dalam wawancara, meskipun bentuk data yang lain mungkin juga
dikumpulkan, misal pengamatan, dokumen, da
bahan audiovisual. Hal tersebut melibatkan 20 hingga 60 waawancara.
Analisis data yang dilakukan,
berlangsung secara bertahap. Dalam coding
terbuka, peneliti membentuk kategori informasi tentang fenomena yang sedang dipelajari.
Pada masing-masing kategori, peneliti menemukan beberapa sifat (properties),
atau subkategori dan mencari data untuk didimensionalisasi atau memperlihatkan
kemungkinan ekstrem pada kontinum dari sifat tersebut. Selanjutnya dalam coding aksial, peneliti menyusun data
dalam cara baru setelah coding
terbuka. Peneliti menyajikan paradigma coding
atau diagram logika (model visual ) dimana penelitinya mengidentifikasi fenomena
sentral (kategori sentral tentang fenomena tersebut), mengeksplorasi kondisi
kausal (kategori dari kondisi yang mempengaruhi fenomena tersebut), menentukan
strategi, mengidentifikasi konteks dan kondisi pengganggu (kondisi yang sempit
maupun luas yang mempengaruhi strategi) dan menggambarkan konsekuensi dari
fenomena. Selanjutnya dalam coding selektifm
peneliti menulis “alur cerita” yang menghubungkan bebrapa kategori atau
proporsi atau hipotesis dapat ditentukan dengan menyatakan hubungan yang
diprediksi.
Hasil dari pengumpulan data dan
analisis data ini adalah teori yaitu teori subtansial. Teori tersebut muncul
dengan bantuan dari proses memoing yang penelitinya menulis ide tentang teori
baru selama proses coding terbuka,
aksial dan selektif. Studi penelitian Grounded
Theory akan berakhit pada titik yang memunculkan teori sebagai tujuan dari
riset tersebut.
Tantangan Penelitia dengan Grounded Theory
Peneliti perlu untuk
menyingkirkan sejauh mungkin ide atau pengertian teoritis sehingga teori
substantif analisis dapat muncul. Menurut Corbin dan Strauss (2007) Grounded Theory merupakan pendekatan
riset sistematis dengan langkah yang spesifik dalam analisis data, jika
didekati secara prespektif. Ksulitan yang akan dihadapi jika menggunakan
penelitian ini adalah menentukan kategori telah jenuh atau kapan teorinya dapat
diprinci. Satu strategi yang mungkin digunakan adalah dengan menggunakan
sampling diskriminan, dimana peneiltinya mengumpulkan informasi tambahan dari
individu yang bukan dari kelompok masyarakat yang sebelumnya telah diwawancarai
untuk menentukan apakah teori tersebut tetap benar untuk para partisipan
tambahan ini.
Sumber:
Penelitian
Kualitatif & Desain Riset “Memilih Diantara Lima Pendekatan” oleh John W.
Creswell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar