Tidak semua yang aku tulis adalah yang aku rasakan

Sabtu, 07 Juni 2014

Persinggahan Sementara

     Jika suatu nanti kamu memang tak pernah jadikan aku sebagai sebuah tujuan, aku akan lelah sayang. Aku bukan sebagai halte yang bisa kamu singgahi untuk waktu yang tak lama. Aku bukan tempat persinggahanmu hanya pada saat kamu lelah sayang. Apa aku yang harus selalu mengalah? Mendiamkan semua pertanyaan yang tak pernah ku tau jawabannya? Menyimpan rapat-rapat bahwa sebenarnya aku tak jujur mengatakan aku tidak apa-apa? Aku marah sayang saat kamu tiba-tiba menghilang. Namun air mata ini sudah mewakili semuanya, walau mungkin kamu tak melihat setiap butirannya yang mengalir.

Jumat, 28 Maret 2014

Apa yang bisa aku harapkan dari hubungan kita saat ini?



Ini bukan pertama kalinya aku diam menunggumu. Ini bukan pertama kali aku hanya diam saat kamu bertanya apa aku baik-baik saja. Aku lelah sayang, aku bosan saat aku harus bisa menyembunyikan airmata demi membuatmu ‘lega’ dengan jawabanku. Apa selama ini yang aku lakukan demi kamu itu kurang sayang? Hingga aku pula yang merasakan sakit sendirian? Aku bosan harus menunggumu, ini bukan masalah kesetiaan. Hanya saja aku bosan untuk merindumu, seseorang yang hanya datang sesaat lalu pergi untuk meninggalkan kenangan. Aku butuh pengertian darimu juga, bukan hanya kamu yang bisa meminta pengertian dariku saja, bukan selalu begitu sayang. Lagi-lagi aku yang mengalah oleh sikapmu, lagi-lagi kamu yang menyalahkanku. Kalau hanya secuil masalah itu kamu menyalahkanku, aku lebih bisa untuk mencari seberapa banyak kesalahanmu. Tapi aku tidak akan melakukannya, aku hanya mau mempertahankan hubungan kita yang semakin lama semakin tak menentu ini.







Lantas apa lagi yang bisa aku harapkan dari hubungan kita saat ini?

Jumat, 07 Februari 2014

Ku Kehilangan Manismu

kepergian sosokmu
jadi pengharu semu
dan hilangnya jingga pada pelangi
seperti merelakanmu tuk menjauh
lalu segenap keindahan padamu
hanya jadi serpihan memori dimasa lalu

manismu masih tersisa
walau hanya setets embun dikala pagi
kala mentari menepakkan senyumnya

pahitmu jadi kian terasa
saat seteguk kehangatan kian membeku
tersisa ampas yang menjamu
tlah pergi dia nan ku cinta

apa yang sebenarnya terjadi
lelahkah engkau?

kini
dengan siapa ku mengadu?
anginpun tak berteman denganku
hanya lewat tanpa menyapa

kini
dengan siapa ku mengadu?
pepohonanpun tetap membisu
hanya kokoh pada pijakannya

tak bisakah kita seperti mereka?
kita masih dibawah langit yang sama
kita masih menatap bulan yang sama

tapi entah,
mungkin bintang tak mampu sampaikan
sejuta rinduku
yang tak terbayar
sejuta tanyaku
yang tinggal buyar
sejuta cintaku
yang kau tinggal

Jumat, 31 Januari 2014

Aku Bicara Tentang Apa?

luka yang kau torehkan
ingkatkan memoriku
betapa sakitnya kau abaikan

hingga kini
ku tak mengerti


aku yang memilihnya
mencintai sosok yang semu

ini salahku
begitu dalam mengartikan hadirmu
satu hari sebelum merasakan rindu
saat masih bersatu

aku bicara soal cinta
kadang menjadi madu terasa manis
kadang menjadi duri yang menyakitkan
tatkala tertancap dan membuatnya merekah
merah seutuhnya

aku bicara soal suka
penawar cinta itu apa?
penawar rindu itu apa?

hingga kini
ku tak mengerti

Izinkanku Bertahan Untukmu

kau tau?
setiap hari kumenunggu
tak setiap detik kulewatkan, tanpa hadirmu
diammu kini
renggut semua bahagiaku

aku tak pernah mengerti
sedalam apa yang kurasakan
tak tau harus kunamai apa semua ini
saat aku hanya diam dalam dingin malam
tanpa dekapan hangat
sosokmu


dahulu
kau pernah disini
habiskan malam dengan senyuman
kau ajarkanku petik bintang
lalu ku biarkan dipangkuan
agar mudah ku terka
apa yang ada dihatinya

namun semuanya kini tak sejalan
rinduku tak lagi kau toleh
semuanya kau remehkan
jarak yang ada
seolah menertawakanku
lalu dengan kejamnya
runtuhkanku
aku begitu rapuh

tadinya tak begini
ketika kau selalu tenangkan kegelisahan
tadinya tak begini
ketika kau coba bangunkan kepercayaan
padaku

sekarang,
izinkan aku bertahan
walau awan gelap itu renggut bintangku
dan ajarkan aku bertahan saat semua kini terasa
semakin semu

Jumat, 03 Januari 2014

Sebentar Lagi Kita Akan Berbeda



                “ hey ”
                “ bisa kan, tanpa harus mengagetkan? “
                “ mukamu lucu sekali haha “
                “ terserah “
Dia lalu duduk disampingku. Setiap pulang sekolah dia selalu memintaku untuk menunggunya, hanya untuk mendengar semua ceritanya yang sedang jatuh cinta. Orang-orang disekitar kita mengira kedekatanku dengannya adalah lebih dari seorang teman. Namun nyatanya, mereka semua salah. Ya, dia memang sedang jatuh cinta, tapi bukan padaku.
Sekian lama aku mengenalnya, semua tingkah lucu sampai yang sangat menyebalkan sudah kuhafal diluar kepala. Aku mulai mengagumi senyumannya, namun tidak untuk hari ini dan seterusnya. Bagaimana bisa aku mengagumi seseorang yang takkan penah jadi milikku? Memang hampir setiap hari aku bersamanya, namun tidak untuk berbagi kebahagiaan atau untuk menghabiskan waktu dan berangan bahwa dunia milik berdua, tidak! Dia dekat denganku hanya dengan alasan, mencari infromasi tentang seseorang yang dia cintai. Sahabatku.
“ hehe maaf, maaf aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Lagian kenapa dari tadi kamu hanya melamun, biasanya mukamu sudah memerah marah padaku karena menunggu lama? “
Pernyataannya tak sempat aku jawab. Aku masih hanyut dalam pikiranku. Aku tak pernah mengira, bahwa aku menyimpan rasa cemburuku padamu. Ya mungkin selamanya kau hanya menganggapku sabahat yang kamu dekati saat kamu butuh. Berbeda denganku, aku selalu punya mimpi, kita akan menjadi lebih dari seorang sahabat. Aku menyukai orang yang berada tepat disampingku, aku mengagumi senyumanya, aku mengagumi tingkah lakunya, aku mengagumi semua tentangnya. Namun semuanya kini tak berlaku padaku lagi. Aku harus membuang semua rasa kagumku itu, demi kebahagiaanmu juga sahabatku.
“ kenapa tdi tidak membalas pesanku? “
“ aku sibuk “
Kebohonganku yang kesekian kalinya menjawab pertanyaanmu. Ya aku sibuk, aku sibuk melupakanmu, karena kamu tak lagi membutuhkanku, karena kamu telah menjadi cinta pertamanya.  
“ kamu belum mendengarkan ceritaku semalam, kamu belum tau betapa hebatnya orang yang sedang bicara denganmu saat ini “ dia memulai pembicaraan dengan semangat yang menggebu.
Semua yang kamu lakukan itu selalu hebat! Sampai aku bisa mengagumi sosokmu. Itu jawabanku yang tek sempat aku layangkan.
“ sehebat apa kamu? Kamu tak pernah terasa hebat dimataku. “ kebohonganku lagi.
“ tapi aku selalu hebat dimatanya. Semalam aku menjadi seorang yang sangat beruntung didunia ini. Aku berhasil menaklukan wanita pujaanku. Haha betapa hebatnya aku? “
“ oh ya? Coba ceritakan padaku.”
Untuk kesekian kalinya aku mencoba tegar dihadapannya. Untuk kesekian kalinya juga aku hanya diam saat hatiku mulai teriris. Mungkin siapapun juga tak ada yang mau menjadi diriku. Tidak, semua tindakanku sudah benar. Aku bahagia melihat orang yang aku sayangi juga bahagia, walau harus dengan sahabatku.
Dia masih terus bercerita, tentangnya dan Alleta sahabatku. Dia mengatakan betapa bahagianya dia telah menjadi kekasih Alleta. Aku sudah tau itu, karena saat dia menyatakan perasaannya, Alleta sedang bersamaku. Kebahagiaanmu terpancar nyata dari raut wajahmu, tapi aku berhasil menyembunyikan kesedihanku ini.
“ kamu terlihat lesu. Kenapa? Apa kamu sakit? “
Perhatiannya masih jelas terlihat didepan mataku. Sudah cukup, aku akan semakin tersakiti oleh semua perhatianmu kali ini. Kamu seperti menaburkan garam pada luka sayatanku. Sebentar lagi semua tentang kita akan berbeda. Aku dan kamu takkan lagi bercanda seperti dulu. Aku sudah bersiap dengan semua sikap cuekmu, aku menyadari bahwa perhatianmu hanya untuk Alleta. Aku mulai belajar untuk terbiasa tanpamu. Karena aku tau waktumu akan selalu dihabiskan untuk bersama kekasihmu, bukan lagi aku. Aku belajar melupakan rasa kagum untukmu ini, dan mungkin ini pertemuan terakhir kita berdua, candaan terakhir yang kamu lemparkan untukku. Semua rasa perhatianmu akan kamu tumpahkan tanpa sisa untuk sahabatku, bukan lagi untukku.
“ sudah makan siang? “ tanyanya mengawali pembicaraan denganku.
“ aku mau makan dirumah saja “
“ hari ini kamu pulang sore kan? Ayolah makan bersamaku saja, aku yang bayar kok “
“ setelah ini, aku langsung pulang”
Baru satu malam kamu jadian dengan kekasih barumu, kamu sudah mulai lupa akan jadwal kegiatanku kan? Mungkin untuk satu bulan annivmu dengannya, kamu akan melupakan aku, sama sekali tidak ingat. Aku menyadari, aku sudah tidak berarti dimatanya. Akupun tidak akan lagi mengharap semua yang pernah menjadi bunga dalam tidurku juga menjadi bahan candaan kita dulu.
Aku ingin sekali menumpahkan air mataku, aku ingin sekali berteriak bahwa aku membencimu mulai saat ini. Aku sakit, aku terjatuh dalam lubang yang sangat dalam, aku sudah salah mengamambil langkah untuk mengagumimu.
“ oh ya? Maaf aku lupa “
“ tentu, karena hanya Alleta kan yang ada dipikiranmu mulai sekarang, dan seterusnya? “
“ tidak, aku masih tetap memikirkanmu, aku takut kamu sakit gara-gara telat makan, ayolah ikut makan denganku. “
“ terimakasih, tapi aku mau pulang saja “
“ biasanya, kamu selalu semangat dengan kata makanan? Apa kamu sakit? “
Dia menyentuh kening dan leherku dengan tangannya.
“ tidak, aku hanya ingin pulang “
“ apa kamu tidak mau menemaniku sebentar saja? “
Aku ingin pulang, aku sudah bosan  untuk mempertahankan air mata agar tidak jatuh didepanmu. Aku hanya ingin sendiri sekarang. Aku menggigil, mendengar pernyataanmu itu. Bagaimana aku tidak mau untuk menemanimu sebentar, selamanya aku mau sebelum kamu bersama Alleta seperti sekarang.
“ kenapa tidak meminta Alleta? “
“ hari ini, aku mau denganmu. “
“ sudah, aku sudah dengamu. Aku sudah mendengar cerita bahagiamu kan? Tugasku sudah selesai. Aku mau pulang. “
“ tapi aku belum mendengar ceritamu sayang “
Untuk apa kata sayang itu? Aku sangat benci mendengarnya. Lalu untuk apa pula aku bercerita denganmu? Kalau yang ingin aku ceritakan yaitu tentangmu, tentang rasa kecewaku padamu.
“ aku tidak ada cerita “
“ ada yang berbeda denganmu hari ini. Apa kamu tidak suka aku bersama Alleta? “
“ tidak tentunya aku sangat bahagia melihat kedua sahabatku bahagia bersama. “