Sudah hampir satu bulan aku habiskan
hari-hari sepiku bersamanya. Dia yang setiap hari mengantar lalu menjemputku
sekolah. Dia yang mengulurkan tanganya lalu mengucap namanya saat kita pertama kali
berjumpa. Mungkin aku yang salah, menerimanya sebagai kekasihku dengan
sesingkat itu. Pilihan yang aku pikir paling benar diantara pendapat dan saran
dari orang disekelilingku. Dan ternyata aku salah. Aku hanya terbuai oleh manis
pesannya dan melayang bersama mimpi-mimpiku untuk terus bersamanya. Aku tahu
semua tak abadi, aku hanya ingin waktu lebih lama bersama dia. Dan ternyata
semua tak sejalan dengan pikiranku. Lalu dengan siapa aku akan mengadu?
Haruskan aku terdiam menerima kekosongan hatiku, saat kau telah memilihnya
sebagai penggantiku? Aku belum siap merasakan sepinya sendiri, aku belum
terbiasa tanpa pesan-pesan yang kamu kirimkan setiap hari, setiap waktu. Aku
tahu diam itu membuatku semakin sakit, apalagi harus diam saat aku melihatmu
menggenggam tangannya. Hangat genggaman tangan itu dulu aku rasakan tapi kini
telah jatuh ditangan orang. Sampai sejauh ini, aku belum mengerti apa yang ada
di otakmu dengan caramu meninggalkanku
dan memilih yang lain. Yang aku tahu, aku ini bodoh. Bodoh mengartikan setiap tulisan-tulisan
yang kamu selipkan dalam pesanmu. Bodoh mengartikan hangat dekapanmu saat aku
terlalu dalam memikirkan semua masalahku.
Lantas apa yang harus aku lakukan?
Lewat cara sebisaku, aku melupakanmu. Mencoba merelakanmu dengan pilihanmu itu.
Namun kau tau? Semakin aku mencoba melakukannya, bayangnmu selalu hadir dalam
kesendirianku, semakin aku memaksanya aku malah semakin tertekan. Aku hanya
belum bisa menerima kenyataan sakit ini, bagaimana tidak? Kamu meninggalkanku
tanpa alasan yang jelas. Dan kamu memilih berjalan dengan wanita lain yang
memang lebih sempurna dari aku, tapi aku belum habis pikir dia itu sahabatku.
Apa kamu tahu itu?
Sekarang hariku mulai sepi,
handphoneku tak lagi bergetar dengan adanya pesan atau panggilan dari nomor ponselmu.
Memang aku harus terus belajar melupakanmu, melupakan perasaan sayang itu,
melupakan semua sikap manjamu. Mengerti kamu bukan lagi milikku dan bukan lagi
untukku. Disini sudah ada yang menggantikan posisimu, dia hampir sama
sepertimu. Wajahnya, senyumnya, manjanya, dan semuanya. Tapi semakin aku
mencari dan menggali lebih dalam tentang dia, aku tak menemukan satu yang sama
persis denganmu. Dia memang dia, berbeda denganmu, sangatlah berbeda. Dari ini
aku mulai berjalan melupakanmu, melupakan segala kenangan yang pernah kita
terjadi dulu. Lalu aku akan menyayanginya sebagai dirinya bukan dalam
bayanganmu itu. Bayangan semu yang hanya membuat hati pilu.
By : Malidha Amelia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar