Refleksi Perkuliahan Etnomatematika
Oleh:
Malidha Amelia/15301241016/S-1
Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Pembelajaran kali ini tanggal 14 Mei
2018 didampingi oleh Prof Marsigit, dan juga beberapa mahasiswa S2 dan S3 yang
sedang melakukan penelitian tentang etnomatematika seperti pemelajaran
sebelumnya, hanya saja terdapat beberapa mahasiswa S3 yang baru masuk kelas.
Pembelajaran kali ini memberikan contoh tentang simulasi pengelolaan kelas oleh
Prof Marsigit yang belum ada di Indonesia sebagai bentuk inovasi pembelajaran.
Bagaimana peran guru untuk memfasilitasi kemampuan siswa dengan teknologi,
salah satunya adalah teknologi pngelolaan kelas, yang selanjutnya di support
dengan teknologi RPP dan LKS. Contoh pengelolaan kelas yaitu dengan cara
membuat berbagai macam kelompok, ada kelompok besar yang didampingi oleh Prof
Marsigit, kelompok sedang dan kelompok kecil yang didampingi oleh supervisor
mahasiswa S3 yang lain.
Pada pertemuan sebelumnya, mahasiswa PMA
diminta untuk membuat 5 pertanyaan yang ingin ditanyakan. Sehingga setelah
kelas dibagi menjadi berkelompok-kelompok, mereka diminta untuk menyebutkan
pertanyaan yang ingin ditanyakan, dan kemudian dilanjutkan berdiskusi mengenai
jawaban dari berbagai pertanyaan yang diajukan. Beberapa pertanyaan yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Bagaimana
sintaks yang digunakan untuk pembelajaran etnomatematika?
Prof Marsigit menjelasakan bahwa prosedur
pelaksanaan pembelajaran berbasis etnomatematika yang digunakan harus sesuai
dengan sintak yang dituliskan dalam RPP. Kemudian metode yang digunakan pun
bermacam-macam, bisa sintifik, gabungan berbagai metode dll.
Apa perbedaan
RPP berbasis Etno dengan yang tidak
Bahwa perbedaannya terdapat pada sintaksnya dan juga
ada atau tidaknya contoh-contoh konkret.
Bagaimana cara
guru untuk memahami karakter siswa yang bermacam-macam?
Dengan cara pengelolaan kelas, dimana salah satu
kelas terdapat 3 macam kelompok. Dalam penerapannya nanti masing-masing
kelompok diberikan LKS dan bahasan yang berbeda-beda. Sehingga dalam satu jam pelajaran
dapat diperoleh berbagai macam konsep yang berbeda juga.
Bagaimana
mengajarkan kreatifitas siswa?
Menurut Prof Marsigit menegaskan bahwa kreatifitas
itu bukan diajarkan, namun dikembangkan dengan bantuan guru dan lingkungannya.
Supaya siswa bisa kreatif, maka antara lain siswa harus mandiri, merdeka (tidak
dalam keadaan tekanan), harus dalam kondisi yang senang dan memiliki motivasi.
Merdeka lain dengan bebas, jika merdeka itu bertanggung jawab dan ada tata
caranya,bukan berarti bebas. Siswa diberi kesempatan dan siswa diberikan
kesempatan membangun pengalaman dan proses kegiatan menemukan konsep.
Apakah semua
pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan etnomatematika?
Prof Marsigit menjelaskan bahwa semua ilmu pada
hakikatnya ada 2, yaitu dari pikiran dan dari pengalaman. Jika diatambah ada 3
yaitu yang pertama dan utama yaitu dari spiritual. Oleh karena itu, semua ilmu
itu pasti memiliki latar belakang pengalaman atau konteks. Dan salah satu
konteks yang khusus adalah budaya. Sehingga banyak matapelajaran yang dapat
digali dengan budayanya. Misalnya etnomatematika, etnolinguistik dll.
Bagaimana
mengajarkan etno dalam matematika?
Prof Marsigut menjelaskan bahwa matematika itu
semakin tinggi semakin vertikan dan semakin abstrak sehingga semakin kebawah
semakin konkret. Di perguruan tinggi untuk mempelajari matematika, tidak ada
kaitanya dengan etno. Begitupula untuk SMA yang sudah mulai ditinggalkan karena
merupakan peralihan dari matematika kontret dengan matematika fomal. Sehingga etnomatematika
harus berkaitan dengan pemahaman benda konkret dan digunakan untuk siswa
SD-SMP.
Bagaimana
membangkitkan semangat siswa?
Prof menjelaskan bahwa untuk membangkitkan
ssemangat, rasa senang, terhindar dari rasa takut semua itu harus diawali
dengan kemampuan interaksi, komunikasi, tegur sapa, membuat pertanyaan dsb
untuk menjawab motivasi dan semangat. Sehingga komunikasi merupakan hal yang
penting dan yang dijabarkan dalam RPP dan LKS yang lebih luas lagi adalah komunikasi
pedagogik.
Setelah itu, Prof juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman
sekelompoknya. Untuk beberapa pertanyaan yang lain dapat diperoleh jawabannya
dengan melakukan penelitian yang terkait dengan pertanyaan tersebut. Kesimpulannya
adalah tidak ada pembelajaran yang terbaik, yang ada adalah kita berusaha dan
berdasarkan teorinya. Sehingga bukan terkait menarik atau tidaknya jika itu
menyangkut prosedur atau sintaksnya. Jadi sintaksnya atau prosedurnya bermakna
atau tidak, bekerja atau tidak dan baik atau buruknya hanya sebagai akibat.
Kemudian
sebelum pembelajaran berakhir, Prof Marsigit mengembalikan kondisi siswa
seperti semula (klasikal) dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa S3 untuk
menyampaikan hasil diskusi berdasarkan kelompok masing-masing yang diperoleh
sebagai berikut:
Bagaimana
mengaitkan antara budaya dengan matematika?
Oleh Muhammad Fauzi mahasiswa S2 yaitu bahwasanya
salah satu hal yang menjembatani keduanya adalah etnomatematika. Contoh yang
bisa dimanfaatkan didalamnya adalah bentuk-bentuk artefak, ada 2 macam artefak
yaitu artefak yang dapat bergerak dan artefak yang tidak bergerak. Salah
satunya artefak yang dapat bergerak adalah artefak yang dapat kita pindahkan.
Kemudian kaitannya dengan etnomatematika merupakan matematika realistik itu
sendiri.
Mana yang lebih
besar matematika realistik atau etnomatematika?
Oleh Muhammad Fauzi mahasiswa S2 yaitu bahwa
etnomatematika itu berada pada matematika realistik. Kemudian salah satu yang
dapat dikaji dalam etnomatematika adalah etnomatematika yang ada di candi
borobudur. Misalnya bentuk dari susunan batu, tangga, ujung dari candi, dll.
Kemudian dikaitkan dengan adanya ketoprak kemarin di UNY, dengan judul Rembulan
Kekalang, matematika yang dapat dipelajari disana misalnya bentuk dari topi
Prof.Marsigit apabila kita perpanjang dapat berupa kerucut. Selain itu dalam
pakaiannya dengan bentuk corak yang beragam, kemudian etnomatematikanya dapat
dipelajari tentang pola kesebangunan. Contoh tersebut merupakan yang
menjembatani antara matematika dengan budaya.
Bagaimana
tekniknya saintifik? Apakah dapat diterapkan ke semua materi?
Oleh Muhammad Fauzi mahasiswa S2 yaitu dalam memilih
metode, pendekatan dan model matematika tidak semua dapat digunakan dalam
mempelajari materi matematika. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
letak karakteristik dari materi yang akan diajarkan dan bagaimana karakteristik
siswa apakah cocok atau tidak. Nah untuk memasukkan budaya kedalam RPP dan LKS
adalah kita perlu mengkaji, budaya mana yang ingin kita kaitkan. Dimana saat
ini budaya sudah mulai terkikis, sehingga perlu mengetahui apa peran budaya
tersebut dalam pendidikan agar kita dapat membangun budaya sehingga siswa akan
lebih termotivasi belajar matematika yang dikaitkan dengan budaya tersebut.
Bagaimana
mengaitkan belajar budaya dengan matematika?
Oleh Wawan mahasiswa S2 mengatakan bahwa banyak
sekali jurnal-jurnal yang meninjau masalah tersebut. Hanya saja yang menjadi
masalah adalah apakah kajian budaya tersebut dapat dikaitkan dengan
pembelajaran matematika. Manfaat etno dalam matematika adalah sebagai sumber
inspirasi, sumber belajar dengan tujuan yang lebih tinggi untuk mencapai
pendidikan matematika formal. Diawali pada belajar kontekstual budaya dan
kemudian tujuan akhirnya adalah pendidikan matematika formal. Jika dimasukkan
kedalam RPP, misalnya mengamati kontekstualnya. Namun dari berbagai jurnal
masih jarang yang mengjadi bagaimana mengaitkan budaya dengan matematika karena
yang banyak dikaji adalah kaitan antara budaya dengan matematika.
Kebanyakan
budaya yang dapat dimasukkan dalam matematika adalah geometri, apakah tidak ada
materi lain yang cocok?
Oleh Wawan mahasiswa S2 mengatakan bahwa dalam
menuangkan konteks budaya kedalam matematika diperlukan adanya kreatifitas
guru, misalnya motif dalam kain batik, tidak hanya bentuk geometri yang dapat
dikaji, namun dapat juga dikaitkan untuk mempelajari materi perbandingan
senilai dll.
Jenjang manakah
yang paling cocok untuk diterapkan pelajaran dengan etnomatematika?
Oleh Wawan mahasiswa S2 mengatakan bahwa jenjang
diawal yang lebih membutuhkan etnomatematika, karena akan membangkitkan
motivasi, membangkitkan minat dan juga membangkitkan kreatifitas. Sementara
pada jenjang atas, siswa akan cenderung bisa memahami matematika formal, tidak
terlalu banyak masalah dan tidak harus dikaitkan dengan kontekstualnya. Tetapi
masalah anak masih diperlukan untuk sampai ke matematika formal.
Bagaimana cara
mempelajari matematika yang instan dengan yang tidak? Bagaimana keunggulan dan
kelemahannya? Bagaimana memasukkan nilai-nilai moral dalam pembelajaran
matematika? Proses saintifik apakah 5m harus terlihat atau tidak? Terkait
apresepsi?
Oleh Ibu Lukluk Mauluah mahasiswa S3 mengatakan
bahwa terkait memasukkan nilai moral dalam pendidikan sudah pernah dibahas
dalam penelitiannya S2 yaitu pemasukan nilai-nilai islam dalam pembelajaran
matematika. Tentang intuisi, diberikan contoh tentang langkah-langkah
penjumlahan yang dapat dipahami secara alami tidak dengan pemaksaan seperti
yang dituliskan oleh Prof Marsigit dalam blognya.
Materi yang
dapat dikaitkan dengan etnomatematika? Bagaimana cara memberikan kesempatan
untuk menembangkan kreatifitas siswa?
Oleh Tubagus Pamungkas mahasiswa S3 mengatakan bahwa
materi yang dapat dikaitkan dengan etnomatematika adalah bangun dan ruang
geometri, perbandingan senilai, barisan dan deret dll.
Menampung dari berbagai pertanyaan Prof Marsigit
menjelaskan kembali mengenai intuisi, intuisi itu kemampuan yang sudah tidak
perlu untuk dipikirkan kembali dan bersifat spontan. Jadi jika masih memikirkan
mana arah utara dengan berpikir dan bingung maka terdapat permasalahan dalam
intuisinya. Intuisi itu bisa sehat, sakit dan juga bermasalah, sehingga jika
ingin hidup dengan bahagia perlu untuk memiliki intuisi yang sehat. Manusia
memiliki banyak sekali intuisi, karena semua ini merupakan intuisi, ada intuisi
benda, intuisi waktu, intuisi cahaya, intuisi lapar, termasuk intuisi
penjumlahan, matematika, keuangan, jarak dll.
Selanjutnya
bagaimana memperoleh intuisi?
Prof Marsigit mengatakan bahwa cara memperoleh
intuisi adalah dari pengalaman. Karena intuisi adalah pengalaman. Tidak ada
intuisi jika belum ada pengalaman. Setiap manusia harus memiliki intuisi,
karena jika tidak maka hidunya tidak akan seimbang. Contohnya, jika manusia
tidak memiliki intusisi kenyang, maka ia akan makan denga terus menerus.