Penelitian
Fenomenologi
Oleh:
Malidha Amelia (15301241016)
Pendidikan
Matematika/FMIPA/Universitas Negeri Yogyakarta
Definisi
dan Latar Belakang
Penelitian fenomenologis mendeskripsikan pemaknaan umum
dar sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan
konsep atau fenomena. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama
atau umum dari semua partisipan ketika mengalami fenomena contohnya dukacita
yang dialami secara universal.
Tujuan utama dari penelitian fenomenologi adalah untuk
mereduksi pengalaman individu dari fenomena menjadi deskripsi tentang esensi
atau intisari universal, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan oleh Van
Manen (1990, hlm 17). Pengalaman manusia yang dituliskan dapat berupa fenomena
misalnya, insomnia, kesendirian, kemarahan, dukacita atau pengalaman operasi bypass pembuluh korner (Moustakas,
1994).
Fenomenologi memiliki komponen filosofis yang kuat yang
mengambil ide dari matematikawan Jerman Edmund Husserl (1859-1938).
Fenomenologi juga populer dalam ilmu sosial dan kesehatan, khususnya sosiologi,
psikologi, keperawatan dan ilmu kesehatan dan pendidikan. Asumsi filosofis
berpijak pada landasan yang sama yaitu tentang pengalaman hidup dari
orang-orang, pandangan bahwa pengalaman yang dialami oleh orang secara sadar
sesuai yang disebutkan oleh Van Manen (1990), dan merupakan pengembangan
deskripsi tentang esensi dari pengalaman bukan penjelasan atau analisis sesuai
yang dikatakan oleh Moustakas (1994).
Stewart dan Mickunas (1990) menekankan bahwa terdapat
empat prespektif filosofis dalam fenomenologi yaitu:
·
Filsafat tanpa perangsangkaan. Dimana pendekatan
fenomenologis adalah menahan semua pertimbangan dan penilaian tentang hal yang
riil atau sikap yang alami hingga mereka ditemukan dalam landasan yang lebih
pasti.
·
Menggunakan internasionalitas kesadara. Sehingga ide yang
dikeluarkan oleh partisipan merupakan kesadaran yang selalu diarahkan pada
objek. Maka dari itu realitas dari objekk tidak terelakkan terkait dengan
kesadaran seseorang tentangnya.
·
Terdapat penolakan terhadap dikotimi subjek-objek. Tema
yang dituliskan penulis mengalir secara alamiah dari kesengajaan dan kesadaran
yang penuh.
·
Seorang individu yang menulis fenomenologis tidak lupa
untuk memasukkan sebagian pembahasan tentang asumsi-asumsi filosofis tentang
fenomenologi di samping metode dalam bentuk penelitian ini.
Ciri
Utama Fenomenologi
Terdapat beberaba ciri yang secara khas terdapat dalam
semua penelitain fenomenologis, yaitu sebagai berikut:
·
Penekanan pada fenomena yang hendal dieksplorasi
berdasarkan sudut pandang konsep atau ide tunggal, misalnya ide pendidikan
tentang “pertumbuhan profesional”, konsep psikologis tentang “dukacita” atau
ide kesehatan tentang “hubungan keperawatan”.
·
Eksplotasi fenomena terhadap kelompok individu yang semua
telah mengalami fenomena tersebut. Sehingga kelompok yang diidentivikasi
merupakan kelompok heterogen dari 3 sampai 15 individu.
·
Pembahasan filosofis yang menelusuri pengalamaan hidup
dari individu dan bagaimana mereka memiliki pengalaman subjektif dari fenomena
tersebut maupun pengalaman objektif dari sesuatu yang sama dari orang lain.
·
Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti menutup
dirinya berupa membahas pengalaman pribadinya dalam fenomena studi tersebut.
Hal ini berfungsi adagr peneliti dapat berfokus pada pengalaman dari para partisipan
dalam studi tersebut.
·
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai terhadap
individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Akantetapi, hal tersbut
bukanlah ciri yang universal, karena sebagian studi fenomenologis melibatkan
beragam sumber data misalnya puisi, pengalaman dna dokumen.
·
Analisis data sesuai prosedur sistematis bergerak dari
satuan analisis yang sempir misalnya pernyataan penting menuju ke satuan yang
lebih luas misalnya satuan makna, kemudian menuju deskripsi yang detail yang
merangkum dua unsur yaitu “apa” yang telah dialami oleh individu dan
“bagaimana” mereka mengalaminya, hal tersebut sesuai apa yang dikatakan oleh
Moustakas (1994).
·
Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskriptif yang
membahas mengenai esensi dari pengalaman yang dialami olej individu dengan
melibatkan “apa” yang telah mereka alami dan “bagaimana” mereka mengalami hal
tersebut.
Tipe
Fenomenologi
Ada dua pendekatan dalam studi fenomenologi yang disoroti
dalam pembahasan ini yaitu fenomenologi hermeneutik oleh Van Manen (1990) dan
fenomenologi empiris, transdental, atau psikologis oleh Moustakas (1994).
a.
Fenomenologi hermeneutik
Definisi dari fenomenologi
hermeneutik adalah penelitian yang diarahkan kepada pengalaman hidup (fenomenologi)
dan ditunjukkan untuk menafsirkan “teks” kehidupan (hermeneutika). Fenomenologo
bukan hanya deskripsi, tetapi juga merupakan penafsiran yang dibuat peneliti,
sehingga peneliti melakukan proses “mediasi” makna yang berbeda dari
pengalaman-pengalaman hidup yang berbeda, hal tersebut dikemukakan oleh Van
Manen (1990).
b.
Fenomenologi empiris, transdental atau psikologis
Fenomenologo transdental atau
psikologi yang dikemukakan oleh Moustakas (1994) kurang berfokus pada
penafsiran dari peneliti, namun lebih berfokus kepada deskripsi tentang
pengalaman dari partisipan tersebut. Moustakas juga menggunakan konsep yang
dikemukakan oleh Hussrels yaitu epoche (pengurungan) sehingga para peneliti
menyingkirkan pengalaman mereka sejauh mungkin untuk memperoleh prespektif yang
segar (baru) terhadap fenomena yang sedang dipelajari.
Transdental berarti bahwa
segala sesuatunya dipahami secara segar (baru) seolah-olah untuk pertama kali
(Moustakas, 1994). Selain menggunakan konsep pengurungan, fenomenologi transdental
empiris juga mengadopsi Duquesne Studies
in Phenomenological Psychology dan prosedur analisis data. Prosedur
tersebut diilustrasikan oleh Moustakas (1994) adalah sebagai berikut:
mengidentifikasi fenomena yang hendak dipelajari, mengurung pengalaman sendiri,
dan mengumpulkan beberapa data dari berbagai orang yang telah mengalami
fenomena tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dengan
mereduksi informasi menjadi pernyataan atau kutipan pentimg dan memadukan
pernyataan tersebut menjadi tema. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti
mengembangkan deskripsi tekstural tenntang pengalaman dari orang (apa yang
dialami oleh para partisipan) deskripsi struktural tengtang pengalaman mereka
(bagaimana mereka mengalaminya dalam sudur pandang kondisinya, situasinya dan
konteksnya) dan kombinasi dari tekstural dan struktural untuk menyampaikan
esensi keseluruhan dari pengalaman tersebut.
Prosedur
bagi Pelaksanaan Riset Fenomenologis
Ada beberapa langkah-langkah prosedural yang utama untuk
melakukan penelitian fenomenologis adalah sebagai berikut:
·
Peneliti menentukan apakah proble risetnya oaling baik untuk
dipelajari dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Beberapa tipe yang
cocok menggunakan pendekatan fenomenologis adalah permasalahan untuk memahami
pengalaman yang sama atau bersama dari berbagai individu.
·
Fenomena yang menarik untuk dipelajari misalnya
kemarahan, profesionalisme, apa yang dimaksud dengan kurang berat badan (underwight) atau apa yang dimaksud
dengan seorang pegulat.
·
Peneliti mengenai dan menentukan asumsi filosofis yang
luas dari fenomenologi. Misalnya seseorang dapat menuliskan tentang kombinasi
dari realitas objektif dan pengalaman individual. Pengalaman hidup ini lebih
lanjut besifat “sadar” dan diarahkan pada objek. Untuk dapat mendeskripsikan
secara penuh bagaimana para partisipan melihat fenomena tersebut, para peneliti
harus menyingkirkan sejauh mungkin pengalaman mereka sendiri.
·
Data dikumpulkan dari individu yang telah mengalami
fenomena tersebut. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara mewawancari
partisipan secara mendalam. Polkinghorne (1989) menyarankan agar para peneliti
mewawancarai 5 hingga 25 individu yang telah mengalami fenomena tersebut.
Bentuk-bentuk data yang lain mungkin juga dikumpulkan misalnya pengamatan,
jurnal, puisi, musik dan bentuk kesenian yang lain.
·
Moustakas mengatakan bahwa para partisispan diberikan dua
pertanyaan umum yaitu Apakah yang telah anda alami terkait dengan fenomena
tersebut? Konteks atau situasi apakah yang biasanya memengaruhi pengalaman anda
dengan denomena tersebut? Kedua pertanyaan tersebut akan mengantar pada
deskripsi tekstual dan struktural tentang pengalaman dan dapat memberikan yang
lebih baik tentang pengalaman yang sama dari para partisipan.
·
Langkah analisis data fenomenologis secara umum sama
untuk semua fenomenolog psikologis. Berdasarkan pada data dari pertanyaan riset
yang pertam adan kedua, analisis data memeriksa data tersebut (misalnya traskrip wawancara). Dan menyoroti
berbagai “pernyataan penting”, kalimat atau kutipan yang menyediakan pemahaman
tentang bagaimana para partisipan mengalami fenomena tersebut. Moustakas
menyebutkan langkah tersebut menjadi horizonalisasi. Selanjutnya peneliti
mengembangkan berbagai kelompok makna dari pernyataan penting ini menjadi
berbagai makna.
·
Pernyataan penting dab tema ini kemudian digunakan untuk
menilis deskripsi tantang apa yang dialami oleh para partisipan (deskripsi
tekstural) yqng mempengaruhi bagaimana para partisipan mengalami fenomena
tersbeut, disebut variasi imajinatif atau deskripsi struktural.
·
Dari deskripsi striktural dan tekstural tersbeut,
peneliti kemudian menulis deskripsi gabingan yang mempresentasikan “esensi”
dari fenomena disebut dengan struktur invarian esensial (esensi). Bagian ini
terutama berfokus pada pengalaman yang dama dari para partisipan.
Fenomenologi menyediakan pemahaman yang mendalam tentang
fenomena sebagaimana yang dialami oleh beberapa individu. Fenomenologi dapat
melibatkan satu bentuk pengumpulan data yang efisien dengan hanya memasukkan
satu atau lebih wawancara dengan para partisipan. Disamping itu, para
partisipan yang digunakan untuk penelitian dipilih secara hati-hati, yaitu
dimana mereka semua mengalami fenomena yang diteliti, sehingga peneliti pada
akhirnya dapat membentuk pemahaman yang sama. Menemukan individu yang telah mengalami
fenomena tersbeut mungkin sulit dan juga peneliti perlu untuk mengurung atau
menutup pengalamannya sendiri, menahan pemahaman peneliti dalam gerakan
reflektif yang menumbuhkan rasa ingin tahu merupakan kesulitan tersemdiri bagi
peneliti untuk melakukan penelitian fenomenologi (LeVasseur,2003). Oleh karena
itu, peneliti perlu untuk memutuskan bagaimana dan dengan cara apa pemahaman
pribadinya akan dimasukkan kedalam sturi tersebut.
Sumber:
Penelitian
Kualitatif & Desain Riset “Memilih Diantara Lima Pendekatan” oleh John W.
Creswell